Jumat, 23 November 2012

Perdamaian Dalam Islam

 
 
 
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Secara esensial, Islam mengandung makna “perdamaian”  dan mensosialisasikan kedamaian. Islam memimpin ke jalan damai, menuntun berhati sabar, semuanya di atas dasar kebenaran dan keadilan. Saat ini jumlah pemeluk Islam di dunia lebih dari satu miliar orang. Dari jumlah tersebut ternyata yang berlatar belakang Arab 18 persen, sisanya 82 persen non-Arab. Itu menunjukkan bahwa Islam bukan semata Arab. Secara geografis Islam pun menyebar di seluruh pelosok bumi. Terbanyak berada di Asia dan Afrika. Inilah jumlah umat beragama terbesar sejagad. Akan tetapi jumlah besar tak berarti kuat dan maju. Tepat seperti digambarkan Dr Mahathir Mohamad bahwa dunia Islam kini berada pada titik terendah. "Tak satu pun negara Islam masuk ke dalam jajaran negara-negara dunia maju. Dunia Islam sekarang ini sangat lemah dan terbelakang.
Oleh karena itu dalam era globalisasi saat ini terjadi hegemoni seluruh nilai, yaitu politik, budaya, dan ekonomi, oleh negara-negara Barat khususnya Amerika Serikat. Dunia Islam tersisihkan dalam kompetisi global. Bahkan beberapa negara dengan leluasa dikuasai kemerdekaannya oleh Barat. Hal tersebut terjadi antara lain karena umat Islam mengabaikan pembangunan ilmu pengetahuan dan dunia informasi yang dapat membawa pengaruh secara global. Para pemimpin umat lebih mencurahkan perhatiannya pada kajian-kajian keagamaan. Di samping itu, umat Islam juga terpuruk dalam perpecahan dan tidak mencoba untuk saling memajukan satu sama lain.

B.    Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.    Apakah Agama Islam itu benar mengandung  makna perdamaian?
2.    Bagaimana upaya Agama Islam mengejar keterpurukan dalam politik, budaya dan ekonomi dibandingkan dengan Agama Non-Muslim?
3.    Mengapa didalam dunia Islam sekarang ini sangat lemah dan terbelakang?
4.    Bagaimana tanggapan Agama Islam tentang ungkapan “ Tak satu pun negara Islam masuk kedalam jajaran negara-negara dunia maju” ?

C.    Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1.    Mengetahui apakah Agama Islam itu benar mengandung makna perdamaian.
2.    Menegatahui upaya Agama Islam untuk menegejar keterpurukan dalam politik, budaya dan ekonomi dengan Agama Non-Muslim.
3.    Mengetahui mengapa didalam Dunia Islam lemah dan terbelakang.
4.    Mengetahui bagaimana tanggapan Agama Islam tentan g ungkapan “ Tak satu pun negara Islam masuk kedalam jajaran negara-negara dunia maju.

D.    Pembatasan Masalah
Dari latar belakang dan tujuan penelitian diatas, tampak bahwa banyak masalah yang terjadi dalam Dunia Islam, terutama dalam hal politik, Budaya dan Ekonomi. Untuk itu dalam penelitian ini perlu diadakan pembatasan masalah, yaitu:
1.    Agama Islam itu benar mengandung  makna perdamaian.
2.     Upaya Agama Islam mengejar keterpurukan dalam politik, budaya dan ekonomi dibandingkan dengan Agama Non-Muslim.

E.    Sistematika Pemabahasan
Untuk memudahkan pembahasan, maka penulisan penelitian ini akan ditata dengan sitematika penulisan sebgai berikut:
Bab pertama, Pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian dan pemabatasan masalah.
Pada Bab kedua, dikemukakan kerangka konsep dan teoritis yang uraiannya meliputi Pengertian Perdamaian Dalam Agama Islam.
Kemudian pada Bab ketiga, digambarkan metode penelitian yang didalamnya terhadap jenis-jenis pendekatan penelitian, sumber data, tehnik dan alat pengeumpul data, tehnik analisa data dan tehnik keabsahan data.
Selanjutnya pada Bab keempat, sebagai bab terakhir dikemukakan kesimpulan dan daftar pustaka.
   
BAB II
KERANGKA KONSEP DAN TEORITIS
PENGERTIAN PERDAMAIAN DALAM AGAMA ISLAM

A.    Arti Dari Perdamaian
Sebagaimana kita ketahui, perdamaian dalam arti kata yang sebenarnya tidaklah hanya mencakup semata-mata keamanan fisik atau tidak adanya perang dan pertikaian diantara manusia di bumi kita ini . Kendatipun pengertian diatas mengandung arti yang sangat penting dan juga merupakan inti dari perdamaian sesungguhnya, tetapi keadaan perdamaian yang dilukiskan demikian itu hanyalah suatu segi pasif dan terbatas dari arti sesungguhnya, apalagi kalau kita hendak membandingkannya dengan pengertian perdamaian yang lebih luas lagi.
Perdamaian dalam arti yang lebih luas lagi adalah, “penyesuaian dan pengarahan yang baik dari orang seorang terhadap Penciptanya pada satu pihak dan kepada sesamanya pada pihak yang lain” . Hal ini berlaku bagi keseluruhan hubungan konsentris (bertitik pusat yang sama) antara seorang dengan orang lainnya, seseorang dengan masyarakat, masyarakat dengan masyarakat, bangsa dengan bangsa dan pendek kata antara keseluruhan umat manusia satu sama lainnya, dan antara manusia dan alam semesta. Perdamaian yang juga mencakup segala bidang kehidupan fisik, intelektual, akhlak dan kerohanian. Perdamaian beginilah yang merupakan ruang perhatian yang utama dari agama.
Sejak lebih dari satu abad yang lalu agama telah mendapat tekanan-tekanan dari berbagai jurusan, dalam berbagai aspek kehidupan diberbagai tempat diseluruh dunia ini. Adapun mereka yang menaruh perhatian pada agama, kendatipun mereka dalam keadaan mayoritas dari umat manusia, namun mereka masih dapat merasakan dan menyadari akan hal ini. Bahwasanya tekanan-tekanan itu telah mengakibatkan agama akan mengarah menuju keterasingan dari penghayatan pemeluk-pemeluknya .
Kecenderungan ini nampak jelas sekali pada sebagian besar generasi muda dalam berbagai ragam masyarakat, selanjutnya merebak luas dengan cepatnya pada berbagai kalangan lainnya di berbagai belahan dunia.
Perdamaian yang menjadi arahan dan tujuan yang hendak diwujudkan Islam itu  adalah merupakan dorongan hatinurani yang bertitik tolak dari dalam batin manusia.
Tak seorangpun akan dapat mempunyai hubungan damai dengan saudaranya, kalau ia sendiri tidak berada dalam keadaan damai dengan dirinya sendiri dan tak seorang pun berada dalam keadaan damai dengan dirinya sendiri, jika ia tidak mempunyai hubungan damai dengan Penciptanya. Masyarakat adalah perkalian dari orang-orang dan umat manusia adalah perkalian dari masyarakat dan kebudayaan-kebudayaan. Jadi inti dan saripati dari masalah perdamaian adalah bahwa orang seorang harus berada dalam keadaan damai dengan dirinya sendiri dan dengan umat manusia dan dengan sebagai akibat dari penempatan dirinya dalam hubungan damai dengan penciptanya.

B. Perdamaian  Sebagai Nilai Sosial Fundamental
1.    Dua Nilai Sosial Dasar
Dua nilai sosial fundamental  adalah kebenaran dan perdamaian. Fundamental dalam arti bahwa pada prinsipnya kelanjutan kehidupan ( survival ) masyarakat maupun masing-masing anggotanya tergantung dari realisasi dua nilai itu.
    Sebagai makhluk sosial ia hanya dapat hidup dan berkembang dalam kesatuan dengan masyarakat tempat ia lahir. Maka ia tergantung dari dua-duanya. Dan oleh karena itu, ia harus mengetahui bagaimana alam dan masyarakat sebenarnya, bukan hanya sebagaimana dibayangkan atau diinginkan. Ia juga  harus mengerti realitas sesuai dengan kenyataannya.  Maka orang yang karena sizofrenia tidak mengertahui keadaan yang sebenarnya, lama-kelamaan mati-secara sosial dulu dan kemudian secara fisik. Itulah sebabnya komunikasi antar manusia secara hakiki berdasarkan kebenaran. Nilai pertama Kebenaran disini adalah pengertian kita tentang sesuatu sesuai dengan kenyataan. Sedangkan kerukunan yang tidak berdasarkan kebenaran tidaklah benar dan tidaklah tahan.
    Nilai keduan ialah perdamaian yang juga merupakan nilai sosial fundamental. Damai adalah keadaan saya terjamin, dimana saya tidak terancam oleh paksaan dan maut. Damai merupakan nilai karena diproyeksikan pada kenyataan bahwa setiap orang lain merupakan ancaman potensial bagi saya. Damai juga berarti bahwa kita dapat hidup tanpa rasa takut, dan karena rasa takut mencekik kehidupan manusia, selanjutnya damai merupakan persyaratan suatu kehidupan yang berkualitas manusia.

2.    Konflik
        Tantangan bagi Perdamaian adalah konflik. Dimana adanya konflik berarti ada perbedaan paham atau alternatif-alternatif bertindak atau kepentingan-kepenteingan yang saling mengecualikan.  Selanjutnya ada dua kemungkinan untuk memecahkan konflik, yaitu : secara damai, atau secara paksa. Paksaan bisa bersifat fisik ( saling memukul, berkelahi dengan senjata atau tanpa senjata ). Atau secara damai ( sosial ) dalam pelbagai dimensi ( saling menekan atau memaksa untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu ). Apabila konflik beralih menjadi tabrakan, maka perkelahian dan perang berarti sama halnya dengan pihak-pihak yang bersangkutan tidak mau memecahkannya secara damai, melainkan memilih jalan hendak memaksa pemecahan konflik itu. Dalam perkelahian atau perang yang menang adalah yang lebih kuat, bukan yang lebih benar.

3.    Perdamaian sebagai Nilai
        Damai disamping kebenaran, bukan salah satu nilai social saja, melainkan nilai social fundamental. Dari hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa keselarasan yang diperlakukan manusia tidak berdiri dalam keseimbangan diantara damai dan perang, melainkan dalam damai sempurna.

C. Perdamaian dan Keadilan
        Apabila perkelahian prima facie buruk dan damai itu baik, maka pengelolaan konflik yang baik adalah pengelolaan yang menyelesaikannya secara damai. Jadi dengan  mencegah kekerasaan dan paksaan. Kemudian timbul pertanyaan, bagaimana konflik dapat dikelola secara damai ?
        Tetapi sebelum menjawab pertanyaan tersebut, perlu dianalisa apa yang terjadi apabila konflik diselesaikan melalui perkelahian atau paksaan. Salah satu analisa paling masyhur diberikan oleh Georg Wilhelm Friedrich Hegel dalam uraianya tentang tuan dan hamba.
1)    Tuan dan Hamba
Hegel menempatkan pengelolaan konflik kedalam kerangka proses perkembangan kesadaran diri manusia. Sebagaimana kesadaran diri manusia mengalami diri berhadapan dan berlainan dengan segala ketentuan inderawi material, dan dengan demikian bebas dari padanya. Kebebasannya sebagai subjek ini medadak dipertanyakan kembali ketika muncul subjek ( manusia) lain yang memiliki kebebasan yang sama. Adanya subjek lain itulah  yang menjadi ancaman kebebasannya. Dengan demikian pecahlah perkelahian hidup mati antara dua subjek itu.
Kemudian diantara konflik itu yang kalah menjadi budak dan yang menang menjadi tuannya. Dengan kata lain suatu perkelahian murni dengan sendirinya berakhir dalam suatu hubungan kekuasaan. Perkelahian murni adahal perkelahian yang diselesaikan semata-mata menurut siapa yang menang dan siapa yang kalah, dan bukan karena dihentikan lebih dulu dan diganti dengan pertimbangan-pertimbangan rasional atau moral.
2)     Hasil Perkelahian
        Analisa formal Hegel ini memiliki arti yang prinsipil. Bahwa suatu perkelahian murni mesti selalu berakhir dalam kematian atau pelumpuhan satu pihak, yang niscaya menciptakan hubungan kekuasaan baru, artinya suatu interaksi yang ditentukan serta dipertahankan karena daya pengancam pemenang dalam perkelahian.
        Cirri khas hubungan kekuasaan hasil perkelahian adalah ketidakstabilannya: tatanan interaksi itu tidak bedasarkan pengakuan bebas semua pihak yang terlibat, melainkan berdasarkan paksaan. Perkelahian merupakan penyelesaian buruk terhadap masalah atau konflik karena niscaya menghasilkan perkelahian baru.



3)    Ide Keadilan
    Ide keadilan ( dalam arti Platon ) adalah tolok ukur normatif keabsahan suatu
Tatanan sosial. Mengapa ? karena adil berarti hak semua pihak terjamin, bahwa-dengan sekali lagi berguru pada Platon-semua berada ditempat mereka yang tepat, bahwa terdapat keselarasan nyata.
    Relevansi keadilan sebagai “ Idea Regulatif “ tatanan yang diakui dengan bebas, dank arena itu tidak memerlukan paksaan, adalah benar. Jadi, tatanan yang dipilih tidak ditentukan melalui paksaan, melainkan melalui proses komunikasi yang bebas dari tekanan ( bahwa dalam kenyataan cita-cita ini tidak terlaksana, bahwa tidak mungkin ada situasi yang sama sekali bebas tekanan, bahwa dalam situasi sebebas-bebasnya pun ada yang tidak mau terlibat dengan idea keadilan, dan bahwa tentang apa yang disebut adil tetap tidak akan tercapai kesepakatan seratus persen-tidak memfalsifikasikan pernyataan bahwa suatu tatanan akan semakin stabil semakin dia adil, dan bahdwa karena itu, selalu harus diusahakan suatu tatanan yang seadil-adilnya.

4)    Pengelolaan Konflik dan Idea Keadilan
    Dengan demikian tugas pengelolaan konflik yang baik dapat dirumuskan dengan lebih tajam: konflik harus dikelola dengan berorientasi pada idea keadilan dan bukan melalui perkelahian, perang atau paksaan. Sebaliknya, pemecahan konflik harus berdasarkan keadilan yaitu, rasional, etis, dan efektif. Begitu pula suatu keadaan yang nampak tenang hanya merupakan perdamaian dalam arti yang sebenarnya apabila bukan berdasarkan paksaan, melainkan keadilan. 

D. Dilema Struktur Ketidakadilan
1.    Struktur-struktur Ketidakadilan
    Hubungan kekuasaan berdasarkan paksaan, dimana pihak yang berkuasa tak bersedia menataati tuntunan keadilan, selanjutnya saya sebut “ Struktur “ atau “ hubungan ketidakadilan “. Cirri khas hubungan ketidakadilan bahwa ia dikuasai oleh pihak yang tak peduli akan hal adil, atau yang tidak menghendaki perubahan dan, justru karena kekuasaannya, dapat mencegah setiap perubahan yang tidak diinginkan.

2.    Dilemma
    Dengan demikian kita berada dalam suatu dilemma. Di satu pihak struktur ketidaadilan menuntut perubahan. Tetapi karena struktur itu per definitionem tertutup terhadap pertimbangan keadilan, satu-satunya jalan yang terbuka adalah paksaan atau kekerasan. Karena dimana konflik tidak mau diecahkan menurut apa yang adil, tolok ukur kuat-lemahlah yang menentukannya. Jadi, terhadap struktur ketidakadilan, senjata kekerasan dapat dibenarkan. Tetapi disisi lain dilema ini pun tak boleh diabaikan. Apabila kekerasan dan paksaan ditolak dengan mutlak, hal itu sama dengan menyerahkan penciptaan keadilan pada kesadaran penguasa yang tidak adil dan itu sama dengan menolak hak untuk menentang ketidakadilan. Padahal hak itu ada.
3.    Paham Konflik Terbatas
    Untuk mengelak dari dilemma itu kita perlu menkombinasikan kedua pendekatan: kekerasan dan usaha dialogis untuk mencari keadilan. Paham tidak pemaksa terbatas sebagai pembuka struktur ketidakadilan mengandaikan kematangan etis yang tinggi: dituntut bahwa pelaksanaan konfrontasi tetap dikuasai sebagai sarana terbatas dan rasional, bahwa ditengah konflik terbuka yang menggelora, lawan-yang barangkali menjijikkan-tetap diakui sebagai manusia yang sama haknya atas keadilan seperti para pejuang keadilan sendiri ( padahal ia sebelumnya menginjak-injak keadilan ). Jelas kiranya betapa problematisnya paham ini. Sekian banyak perjuangan luhur disemua tingkat kehidupan masyarakat: keluarga dan kampong, tempat kerja, agama, percaturan politik, perjuangan pembebasan, penentraman pemberontakan, perang terbatas dan lain-lain.

E. Iman dan kepercayaan
Inti dari agama adalah Iman dan Kepercayaan pada Tuhan. Dan apabila ukuran dan kesempurnaan dari kemantapan iman itu dalam kehidupan manusia disesuaikan dengan kehendak Tuhan dan dikoordinir dengan baik maka manusia secara pasti akan berada dalam keadaan damai. Iman atau kepercayaan sama sekali tidaklah terbatas pada penerimaan kebenaran dengan otak atau penalaran intelektual belaka. Iman mengandung suatu kewajiban yang berat dan dikerjakan terus menerus untuk menyesuaikan dan menselaraskan dengan kehendak dan  ridha dari Pencipta kita semua.

F. Petunjuk Yang Diwahyukan
Dasar yang terpenting bagi pengetahuan agama ialah wahyu . Penyelidikan dan penemuan dari Sains membenarkan adanya suatu proses evolusi dalam setiap aspek kehidupan makhluk di dunia ini baik itu jasmani ataupun rohani. Demikian juga yang namanya otak manusia tidak terkecuali juga telah mengalami evolusi yang mengarah kepada kesempurnaan. Demikianlah maka petunjuk yang diwahyukan Tuhan kepada manusia juga telah diberikan dengan bertingkat-tingkat , disesuaikan dengan masa dan bangsa yang dituju sepanjang zaman.
Suatu telaah perbandingan agama, objektif dan tak memihak akan meneguhkan kebenaran ini dan menguatkan adanya proses evolusi dalam petunjuk yang diwahyukan itu. Dan telah menjadi catatan sejarah peradaban bahwa petunjuk yang diwahyukan itu selamanya tidak pernah datang belakangan namun senantiasa mendahului keperluan dan kebutuhan manusia itu.
Qur’an memiliki ciri yang khas, bahwa sebagai “kata-kata Tuhan” yang asli, ia mempunyai sifat yang sama dengan alam yang dapat disebut sebagai. Pekerjaan Tuhan, yang kedua duanya adalah “hidup”. Hidup manusia dan alam semesta itu dinamis, demikian pula kehidupan Quran. Beberapa gambaran tentang luas ruang lingkupnya Firman Allah itu dapat kita peroleh dari ayat-ayat berikut ini.
“Katakanlah kepada mereka; ‘Jika samudera menjadi tinta untuk menuliskan kata-kata Tuhanku, maka sungguh-sungguh samudera akan habis kering sebelum kata-kata Tuhanku itu berakhir, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)”...(QS. 18:109).
“Dan seandainya pohon-pohon dibumi ini menjadi pena dan laut (menjadi tinta) lalu ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesunguhnya Allah maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (QS. 31:27).
Beberapa negara Islam yang kaya lebih senang menanamkan uangnya (sekaligus berarti ikut membangun) di negara-negara maju seperti di Amerika dan Eropa daripada di negara-negara dengan komunitas mayoritas Islam. Hal tersebut mengesankan bahwa mereka masih lebih mementingkan diri sendiri daripada membantu 'saudara-saudaranya'. Oleh karena itu sydah saatnya umat islam mengevaluasi diri untuk segera bersatu dan saling  membantu.
 Setelah itu berusaha memberdayakan diri dengan ilmu pengetahuan dan bersikap moderat. Memang tak ada jalan pintas untuk menyelesaikan persoalan itu. Umat Islam membutuhkan waktu puluhan tahun, atau bahkan satu abad untuk bergerak maju. Namun semuanya harus dimulai dari sekarang. Kalau tidak maka dunia Barat akan tetap leluasa membelah Islam dalam dikotomi Islam moderat dan radikal seperti yang diekspos majalah Time edisi 13 September 2004. Laporan tersebut  memberikan gambaran tentang Islam yang bagi umumnya orang Barat adalah agama yang mengerikan. Islam sendiri secara agama tidak mengenal adanya ajaran radikalisme. Sayangnya, diplomasi negara-negara Islam saat ini tidak terlampau kuat untuk melawan pencitraan buruk tentang Islam karena lemahnya penguasaInformasi.
Dalam sejarahnya, penyebaran Islam di dunia, khususnya di Asia berlangsung dengan cara yang damai. Bahkan moderat. Contohnya, media komunikasinya pun menggunakan berbagai unsur budaya lokal. Di Indonesia misalnya Islam disosialisasikan melalui seni wayang, ukiran, tarian, dan lain-lain. Oleh karenanya dari sikap toleransi semacam itu kemudian lahir banyak seni budaya bernapaskan keislaman yang menjadi basis kebudayaan nasional. Bila merujuk sejarah Islam Indonesia modern pascakemerdekaan, 'moderatisme' menjadi arus utama gerakan Islam. Meski ada sejumlah umat Islam menghendaki Negara syariah untuk Indonesia, namun pada akhirnya berhasil disepakati bahwa dasar negara kita adalah Pancasila. Lalu, tahun 1960-an dan 1970-an, Islam di kawasan ini pernah menjalin hubungan harmonis dengan kekuatan Barat, AS dan sekutunya, dalam memerangi bahaya komunisme.
Sikap toleransi itu sekaligus menunjukkan bahwa Islam sejak awal merupakan agama moderat yang cinta damai, anti-kekerasan, dan tidak anti-kemajuan. Dengan demikian jelas Islam menolak segala bentuk kekerasan, mencintai perdamaian dan keadilan, serta mengajarkan nilai- nilai keutamaan, yakni menghormati kehidupan dan martabat manusia. 'Moderatisme' dalam menampilkan Islam tidak berarti mengorbankan makna Islam itu sendiri. Juga tidak berarti meliberalisasi nilai-nilai Islam. Justru Islam sedang ditampilkan secara progresif dan penuh toleransi. Tujuannya agar Islam mampu mendorong tumbuhnya masyarakat madani di Malaysia lebih popular dengan sebutan Islam Khadari (berperadaban).  Dalaini maka seorang muslim moderat yang paham makna pluralisme tidak akan menjadi fanatik tetapi cinta damai, mengedepankan harmoni dan rasa aman bagi sesama.
Mengingat Islam adalah agama damai, maka kaum Muslimin mempunyai tugas utama membangun hidup dalam damai dengan siapa saja, apa pun agama dan keyakinannya. Rasulullah SAW telah memberikan contoh bagaimana hidup damai dan penuh toleransi dalam lingkungan yang plural. Setelah menaklukkan Makkah, Nabi Muhammad menegaskan kepada setiap orang, termasuk para musuh yang ditaklukkannya, untuk tetap merasa nyaman dan aman. Gereja-gereja dan sinagog-sinagog tetap boleh menyelenggarakan peribadatan tanpa harus ketakutan. Begitu juga ketika di madinah, Nabi mendeklarasikan piagam yang berisi jaminan hidup bersama secara damai dengan umat agama lain.

G. AGAMA DAMAI
Bila Islam adalah agama damai, mengapa masih ada sementara orang yang menggunakan Islam sebagai alasan untuk mengedepankan kekerasan? Banyak ahli mencoba menjawab pertanyaan tersebut. Ada yang mendefinisikan bahwa Islam fundamentalis merupakan gerakan sosial massif yang mengartikulasikan agama dan aspirasi peradaban dan mempertanyakan isu-isu di seputar moralitas teknologi, distribusi ala kapitalis, legitimasi non-negara, dan paradigma non-negara bangsa. Islam fundamentalis, lebih dari sekedar gerakan lokal. Ia juga beraksi dan bereaksi secara regional dan universal
Fundamentalisme itu sendiri bisa bersifat moderat dan radikal. Ada pula yang menyebutkan bahwa fundamentalisme merupakan gejala tiap agama dan kepercayaan, yang merepresentasikan pemberontakan terhadap modernitas. Tapi kelompok ini jumlahnya tidak signifikan dibandingkan dengan jumlah umat Islam yang moderat. Mereka adalah bagian dari dinamika perkembangan Islam. Itu sebabnya kita harus mendorong tumbuhnya 'moderatisme' Islam di Indonesia, bukan saja agar umat bias menguasai ilmu pengetahuan, sadar informasi, dan bersatu, namun yang lebih penting agar Islam sebagai agama rahmatan lil 'alamin dapat terwujud secara nyata. Dengan begitu sekaligus kita berusaha mengikis habis sikap-sikap anarkis dan radikal dikalangan masyarakat termasuk umat Islam.
Oleh karena itu agar umat Islam bisa bangkit dan mampu bekompetisi di era globalisasi ini sekaligus menciptakan umat yang cinta damai maka diperlukan banyak langkah revitalisasi nilai-nilai Islam. Dan salah satu hal penting yang dibutuhkan untuk merevitalisasi nilai-nilai Islam moderat adalah kepeloporan kepemimpinan. Kepeloporan kepemimpinan, termasuk keteladan, sekarang kurang tampak di Indonesia. Padahal seharusnya para pemimpin dan penguasa harus memiliki kesadaran dan komitmen keteladanan sebab inilah yang akan menjadi sumber legitimasi bagi pelaksanaan pemerintahan yang bersih, adil, dan efektif, khususnya dalam pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Di samping itu, generasi muda Islam harus memegang idealisme, nilai-nilai, dan prinsip-prinsip ke-Islam-an yang benar dan humanis.
Di atas itu semua salah satu kunci utama untuk menciptakan kekuatan Islam adalah dengan kembali mengukuhkan semangat ukhuwah Islamiyah. Melalui ukhuwah dan silaturahmi di antara sesama umat Islam, maka kita akan mampu bersatu. Kita juga akan dapat mengembangkan solidaritas dan kedewasaan beragama.

H. Reformis Merasa di Dunia Islam
Analis politik dan sosial serta ulama, terutama mereka yang tertarik dalam mempelajari perkembangan dan evolusi bangsa, melihat bahwa dunia Islam (dipelopori oleh dunia Arab) sedang mengejar jalur Islam di kebangkitan segar, dan arah baru ini adalah mendapatkan meningkatkan momentum.
Banyak penulis, pemikir, cendekiawan, dan pemimpin yang menganjurkan sesuai dengan nilai-nilai peradaban Barat dan kepatuhan terhadap norma dan adopsi prinsip lengkap, mulai memikirkan kembali ide-ide dan mulai mengubah nada mereka dan menggantinya dengan lebih hati-hati baru dan pendekatan waspada. Panggilan untuk kembali masyarakat Muslim ke dasar-dasar dan ajaran Islam menjadi lebih kuat, membuka jalan untuk Islamisasi ulang dari semua aspek kehidupan.
Ini kekhawatiran para Islamis bahwa pemerintah dan bangsa di barat telah hidup selama berabad-abad tidak tahu tentang Islam, mengetahui apa-apa tentang Islam kecuali fanatisme dan stagnasi, dan melihat negara-negara Muslim sebagai tidak lebih dari masyarakat lemah yang dapat dengan mudah dipimpin dan ditaklukkan. Ketika kebangkitan Islam muncul, mereka mulai menganalisis dan menjelaskan fenomena ini sesuai dengan kerangka kerja dan teori-teori yang sama sekali asing bagi esensi sejati dari agama ini. Beberapa peneliti mengatakan bahwa kebangkitan Islam ini adalah hasil dari pasang naik kecenderungan ekstremis Islam dan organisasi Islam tidak toleran. Lainnya berpendapat bahwa itu adalah reaksi terhadap tekanan politik dan ekonomi dirasakan oleh negara Islam. Yang lain melihat penyebab munculnya fenomena ini sebagai sarana yang mereka yang mencari kekuasaan akan mencapai tujuan yang diinginkan. Semua spekulasi ini sangat jauh dari kebenaran karena ini arah Islam adalah karena tiga perkembangan utama:
•    Materialisme di Barat
Pilar-pilar materialis di atas mana modernitas didirikan mencapai kemajuan ekonomi dan teknologi, tetapi gagal untuk memenuhi kebutuhan manusia dan memenuhi kondisi kehidupan sosial yang stabil. Cara hidup Barat yang didirikan pada pengetahuan bahan, pengetahuan teknis, inovasi, penemuan dan dominasi pasar dunia dengan produk-produknya, tidak mampu memberikan jiwa manusia sinar cahaya, sedikit (rohani) inspirasi atau untai iman. Mereka tidak mampu untuk menyediakan sarana perdamaian dan ketenangan bagi jiwa cemas. Inilah sebabnya mengapa wajar bagi seorang yang hidup dalam kondisi ini untuk mencari kebahagiaan di dunia material murni dan mencari cara untuk mengurangi penderitaannya dengan cara yang konsisten dengan itu.
Memang semua yang hidup barat bisa menawarkan dirinya adalah kesenangan materi: kelebihan kekayaan, seks dan kejahatan lainnya rusak, sementara yang ia memanjakan dirinya sendiri, hanya untuk menemukan bahwa ia tidak puas. Dengan penurunan nilai-nilai keluarga dan munculnya individualisme, manusia modern, bersama dengan yang 'modern', merasa jiwanya menangis keluar untuk kebebasan dari penjara materi, mencari siaran kedalam keluasan iman dan cahaya rohani.

•    Kesempurnaan Islam
Kedua, dan ini adalah aspek positif, pemikir Islam menemukan kembali nilai-nilai fundamental Islam dan kelengkapan ajaran-ajarannya, dan mereka menyadari bahwa Islam menawarkan, paling rinci yang paling lengkap, yang mencakup segala sistem dibandingkan dengan semua filsafat sosial lain yang memiliki pernah muncul. Untuk waktu yang lama umat Islam telah melupakan fakta ini, tetapi ketika Allah mproemperkenankan mereka untuk membandingkan prinsip-prinsip sosial agama mereka dengan apa yang terbesar di antara ilmuwan sosial dan yang paling menonjol dari pemikir telah menemukan, mereka menemukan bahwa perbedaan antara harta mereka warisan yang besar dan usaha manusia pemikir dan filsuf sangat luas. Dan juga berbeda dengan sebagian intelektual Indonesia lepasan pendidikan Barat memandang agama dan nilai-nilai spritual sebagai persoalan individu, tak terkait samasekali dengan masalah-masalah pembangunan politik dan ekonomi . Dalam hal ini jelas, mereka menemukan jati diri mereka bertanggung jawab untuk memanggil semua orang untuk jalan ini benar, Muslim dan non-Muslim.
•    Islam Ancaman-Mitos atau Realita?
Barat, sangat prihatin dengan gerakan Islam yang baru dan melihatnya sebagai bahaya yang terkemuka. Permusuhan dan sikap konfrontasi adalah reaksi yang telah terbentuk. Sebab, mereka melihatnya sebagai tidak lebih dari kemenangan tradisi regresif lama, dan datang bersama-sama dari 'barbar' terhadap dunia beradab baru. Ini adalah ilusi yang mendalam dan kesalahan besar, serta menjadi kesalahpahaman dari kebenaran yang nyata. Ini adalah tujuan kita dalam menulis kata-kata berikut untuk membuat dua poin penting:
Untuk membuktikan ide dasar-dasar sistem sosial Islam, dan status unggulannya antara sistem lain yang baru-baru ini muncul. Di antara dasar-dasar Islam adalah:
•    Persaudaraan manusia dan penghapusan semangat kebencian dan ketakutan.
•    Perdamaian dan tujuan yang sesungguhnya dan filosofi Jihad yang orientalis banyak diabaikan atau tidak mengetahui.
•    Kebebasan dan posisi Islam dan prinsip-prinsip tentang perbudakan dan kebebasan.
•    Keadilan sosial: dan penjelasan di dalamnya dari sudut pandang Islam pada sistem stratifikasi pemerintah dan sosial.
•    kehidupan yang baik"; makna dan realisasi ..
•    Keluarga; hak-hak perempuan, poligami dan perceraian
•    Kerja dan produktif; cara yang berbeda untuk mendapatkan uang dan arti sebenarnya dari tawakkal.
•    Organisasi: di dalamnya penjelasan dan balasan bagi mereka yang berpikir bahwa kurangnya disiplin dan ketertiban melekat dalam Islam.
•    religiusitas: dan di dalamnya ada kebenaran iman kepada Allah, kebajikan dan pahala.
berpendapat bahwa kebaikan semua umat manusia adalah dalam kembalinya umat Islam kepada agama mereka dan bahwa ini akan menjadi langkah yang paling penting menuju perdamaian di bumi.
Juga, kita harus menyadari bahwa motif kebangkitan yang tidak fanatisme buta melainkan keyakinan dalam apa nilai-nilai Islam telah membawa umat manusia. Ini adalah kebajikan yang sesuai sekali dengan yang tertinggi dari apa pemikiran kontemporer telah berhasil menemukan tentang prinsip-prinsip sosial yang benar dan pilar atas mana mereka berdiri.
•    Mendeklarasikan Persaudaraan Manusia dan Membawa Kabar Senang dari Ide Universal
Islam datang untuk mengumumkan persaudaraan manusia dan memberi kabar gembira panggilan ke universalitas, untuk memberantas segala bentuk diskriminasi, dan untuk membangun sistem ini mulia menggunakan semua sarana praktis dan teoritis dengan pembuangan.
•    Menegaskan kembali Persatuan Ras dan Etnis
Islam telah menegaskan kembali persatuan ras dan etnis dari seluruh umat manusia; Nabi Muhammad (saw) mengatakan:
'Sebab, manusia adalah dari Adam, dan bahwa tidak ada supremasi orang Arab selama non-Arab dan tidak ada supremasi orang kulit hitam lebih seorang pria merah kecuali dalam kesalehan'
Hikmah di balik membagi orang ke dalam suku-suku dan bangsa tidak lebih dari penciptaan variasi, sehingga mereka bisa datang untuk bertemu satu sama lain dalam suasana saling menghormati dan kerjasama, dan bukan untuk promosi permusuhan dan perbedaan. Berbagi dan peduli dan bersaing hanya untuk amal saleh dan kebajikan suci, bersaing untuk kepentingan massa dan individu dan mencari keridhaan Allah yang adalah Tuhan dari semua, dan yang melihat persaudaraan ini, melindungi dan memanggil semua hambanya untuk berlatih dan menetapkan itu. Al-Qur'an menyatakan semua arti yang jelas ketika Allah berfirman:
"Wahai umat manusia! Jadilah patuh kepada Tuhanmu, yang menciptakan kamu dari satu orang (Adam), dan dari dia (Adam) Dia menciptakan istri-Nya (Hawa), dan dari mereka berdua Dia menciptakan banyak pria dan wanita dan bertakwalah kepada Allah melalui siapa Anda menuntut bersama ( hak), dan (jangan memotong hubungan) rahim (kekerabatan). Sesungguhnya, Allah yang mengawasi Anda.
Allah juga mengatakan:
"Wahai umat manusia! Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan, dan membuat Anda menjadi bangsa dan suku, itu mungkin Anda kenal satu sama lain. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah bahwa (orang percaya) yang memiliki kesalehan dan kebenaran. (QS. al-Hujuraat (49), ayat 13)
     Nabi Muhammad (semoga damai dan berkat Allah besertanya) mengatakan dalam khotbahnya yang terkenal selama ziarah perpisahan:
"Allah telah meringankan kamu dari beban kebodohan dengan bangga dalam ayah dan nenek moyang. Kalian semua dari Adam, dan Adam berasal dari debu. Tidak ada perbedaan antara Arab dan non-Arab, atau antara seorang pria kulit hitam dan seorang pria merah kecuali dalam kesalehan "
Dengan ini Islam melarang deklarasi sepenuhnya rasisme dan kesukuan - sebuah tren yang masih hidup dalam masyarakat modern.
•    Menegaskan kembali Keesaan Agama    
Islam telah menegaskan kembali kesatuan agama dalam prinsip-prinsip umum yang menyatakan bahwa hukum Allah SWT berdiri di atas fondasi yang kuat dari Imaan (iman), pekerjaan orang benar, dan persaudaraan. Islam juga datang untuk mengingatkan kita semua bahwa semua nabi suci datang dengan pesan dari Allah Yang Tinggi dalam pujian, bahwa semua buku surgawi adalah wahyu dari-Nya dan bahwa orang percaya, apapun latar belakang mereka, adalah hamba-hamba-Nya yang benar layak kehormatan di dunia dan akhirat. Islam mengatakan kepada kita bahwa perpecahan, fragmentasi dan permusuhan atas nama agama adalah suatu dosa yang sama sekali tidak konsisten dengan ajaran dan keyakinan.
Tugas umat manusia, karena itu, adalah untuk mengadopsi agama ini dan bersatu di bawahnya. Ini adalah jalan yang benar dan dengan cara alami bagi manusia. Dalam hal ini Allah berfirman dalam Al Qur'an yang mulia:
"Dia (Allah) yang telah ditetapkan untuk Anda agama yang sama (Islam) yang ia ditahbiskan untuk Nuh, dan apa yang kita terinspirasi di dalam kamu (Muhammad), dan bahwa yang kita ditahbiskan bagi Abraham, Musa dan Yesus, mengatakan Anda harus membentuk agama , dan tidak membuat divisi di dalamnya. " (QS. al-Shuraa (43), ayat 15)
Nabi Muhammad saw.  Mengatakan:
'Rupa saya dan bahwa para nabi lain sebelum saya adalah seperti perumpamaan seseorang yang membangun rumah dan melakukannya dengan kesempurnaan yang besar, kecuali celah di salah satu sudut, yang dia meninggalkan terisi. Ini mengejutkan banyak disebabkan antara orang-orang yang terus berkomentar, "Apakah tidak lebih baik jika Anda akan menempatkan batu bata dalam ruang kosong?". Akulah yang am yang hilang bata dan Akulah yang segel dari semua nabi. " (Bukhari, Muslim)
Islam telah menunjukkan kepada kita suatu rute belum pernah terjadi sebelumnya dalam upaya untuk menyatukan agama-agama. Karena diwajibkan atas orang percaya untuk percaya pada semua nabi yang mendahului Muhammad (saw), dan setiap buku yang datang sebelum Al-Qur'an. Untuk menghormati hukum setiap sebelum Islam, dan untuk memuji setiap bangsa orang percaya yang ada di masa lalu. Al-Qur'an perintah ini dan ditahbiskan untuk Nabi dan para sahabatnya:
'Katakanlah (hai Muslim), "Kami beriman kepada Allah dan apa yang telah diturunkan kepada kami dan apa yang telah diturunkan kepada Ibrahim, Ismaa'eel, Ishaq, Ya'qub, dan Al-Asbat, dan yang telah diberikan kepada para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan mereka dan kepada-Nya kami telah menyampaikan. "(QS. al-Baqarah (2), ayat 136).
•    Hubungan umat Islam dengan orang-orang dari keyakinan lain yang didasarkan pada manfaat sosial bersama dan untuk kebaikan seluruh umat manusia:
"Allah tidak melarang Anda untuk berurusan secara adil dan ramah dengan orang-orang yang berperang tidak melawan kamu karena agama dan tidak mengusir kamu dari rumah Anda. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berurusan dengan ekuitas. Hanya mereka yang berperang melawan kamu karena agama, dan telah mendorong Anda keluar dari rumah Anda, dan membantu mengusir kamu, Allah melarang kamu untuk berteman dengan mereka. Dan setiap orang akan berteman dengan mereka, maka tersebut adalah-orang yang zalim. Mereka yang tidak mematuhi Allah (QS. al-Mumtahinah (60), ayat 8-9).
Setiap perdebatan hanya boleh dilakukan dengan cara yang sopan dan benar - kecuali dengan mereka yang melanggar. Seperti wacana berdasarkan mengingatkan satu sama lain dari hubungan antara pesan-pesan surgawi dan kesatuan monoteistik iman dan keyakinan:
"Dan tidak berdebat dengan orang-orang dari Alkitab (Yahudi dan Kristen), kecuali jika berada di (jalan) yang lebih baik (dengan kata-kata yang baik dan dengan cara yang baik), kecuali dengan mereka yang salah, dan mengatakan (kepada mereka) : ". Kami percaya bahwa yang telah dinyatakan kepada kita dan apa yang telah diwahyukan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah Satu, dan kepada-Nya kita telah menyampaikan" ' (QS. al-'Ankabut (29), ayat 46).
Melalui ini bahwa Islam telah mengatasi semua sumber konflik, kebencian perselisihan, dan permusuhan antara orang-orang beriman dari agama yang berbeda, dan mengingatkan mereka semua kebutuhan untuk menyatukan seluruh hukum Allah:
'Sesungguhnya orang yang beriman dan orang-orang Yahudi dan Kristen, dan Sabiin, siapa saja yang percaya kepada Allah, hari kemudian dan melakukan amal yang saleh akan menerima pahala dari Tuhan mereka, pada mereka maka tidak ada ketakutan, tidak pula mereka bersedih hati. " (QS. al-Baqarah (2), ayat 62)
•    Kesatuan Ritus
Islam adalah agama praktis. Ini tidak berhenti pada resep dasar teoritis untuk kesatuan universal, tetapi hasil untuk detail cara memenuhinya, dan menetapkan ritus dan hukum yang akan digunakan untuk memperkuat gagasan ini dalam hati, dan mengkonsolidasikan dalam masyarakat. Ini adalah perbedaan antara pendekatan filosofis pada perubahan sosial dan program reformasi praktis, atau antara filsuf dan pembaharu. Sebab, filsuf menguraikan teori dan pembaharu menarik prinsip-prinsip pelaksanaan dan mengawasi pelaksanaannya. Inilah sebabnya mengapa Islam adalah baik dalam teori dan agama praktis, dan pada ajaran-ajaran dasar bagi ritus dan hukum-hukum dibangun, ritual di mana Islam berhasil mencapai apa yang disebut untuk dalam hal kemanusiaan universal dan persaudaraan sejati antara orang lain.
•    Kemanusiaan Universal di Masyarakat Islam
Sejarah memberitahu kita bahwa masyarakat Islam makmur dengan penerapan nilai-nilai di semua generasi di mana pesan-pesan Islam berkembang, dan di mana orang percaya dipraktekkan dengan benar. Misalnya, pada zaman Nabi, Salman Persia adalah berdampingan dengan Suhaib berikutnya Romawi untuk Bilaal yang Abbysinian dan dengan mereka Abu Bakar yang Quraishite, semua terikat bersama-sama dengan persaudaraan Islam:
"Dan ingatlah nikmat Allah pada Anda, bagi Anda adalah musuh satu sama lain, tetapi ia bergabung hatimu bersama-sama, sehingga, oleh Grace-Nya, Anda menjadi saudara." (QS-Aal-Imran (3), ayat 103)
Mereka tahu tidak semua ini rasisme etnis kecuali pada hari ketika mereka tidak memiliki keyakinan pada ajaran Islam yang benar dan dikelilingi dengan kejahatan kebodohan buta.
•    Dunia Hari ini
Setelah Perang Dunia II, para pemimpin dunia berjanji persaudaraan universal dan menyerukan dunia yang bahagia bersatu. Salah satu yang akan kewalahan dengan kedamaian, keadilan, kebebasan dan kemakmuran. Apakah mereka mencapai semua itu, atau bahkan dengan tulus mencoba? Dan telah PBB berusaha menyamakan anak-anak Afrika Selatan, atau dipaksa Amerika untuk mengatasi diskriminasi berdasarkan warna? Hal semacam itu telah dilakukan, dan tidak akan dilakukan sampai semua jiwa-jiwa dibersihkan dengan air murni wahyu ilahi, dan gizi dari karunia iman, dan menjadi tulus kepada Islam - agama persaudaraan, persatuan, kemanusiaan dan perdamaian :
    ‘Dalam hal ini, ada pesan untuk orang-orang menyembah. Dan kami tidak mengutus kecuali sebagai rahmat bagi kata-kata '
•    Perdamaian, dan Mengapa Pertempuran Diizinkan dalam Islam
Islam adalah sebuah hukum tanpa kompromi damai dan agama rahmat. Hanya dia yang tahu tentang ajaran-ajarannya, memusuhi sistem, atau cukup sombong untuk tidak menerima bukti yang jelas, akan membantah fakta ini. Kata Islam itu sendiri berasal dari kata damai (yaitu salam). Dan Muslim adalah gambaran terbaik dari mereka yang percaya pada agama ini:
'Ini adalah agama Abraham, nenekmu. Dialah (Allah) telah menamai Anda Siapa Muslim baik sebelum dan dalam hal ini (Al Qur'an), bahwa Rasul menjadi saksi atas Anda dan Anda menjadi saksi atas umat manusia! " (QS. al-Hajj (22), ayat 78)

Inti dari agama ini adalah pengajuan damai terhadap Tuhan semesta alam:
'Ya, tapi siapa pun yang menyerahkan wajahnya (dirinya) kepada Allah (yaitu mengikuti Agama Allah monoteisme Islam) dan dia adalah-baik pelaku, maka upahnya adalah dengan Tuhan, pada seperti maka tidak ada ketakutan, tidak pula mereka bersedih hati. ' (QS. al-Baqarah (2), ayat 112)
"Ketika Tuhannya berkata kepadanya," Kirim (mis. Jadilah seorang Muslim)! " Dia berkata, "Saya telah menyerahkan diri kepada Tuhan semesta alam." ' (QS. al-Baqarah (2), ayat 131)
    "Dan kami diperintahkan untuk tunduk kepada Tuhan semesta alam"' (QS. al-An'aam (6), ayat 71)
Bahkan salam antara Muslim adalah "Semoga kedamaian dan berkah Allah atasmu." Doa itu sendiri diakhiri dengan pengumuman perdamaian - sekali ke kanan, sekali ke kiri dan sekali ke depan jika ada seorang Imam di depan - seolah-olah untuk menyapa saudara-saudaranya setelah ia meninggalkan mereka selama saat-saat singkat yang ia berpaling sepenuhnya kepada Allah.
•    Islam dan Perang
Perang adalah kebutuhan sosial: kehidupan Sipil dalam Islam ditujukan untuk perdamaian. Namun demikian, penawaran Islam dengan realitas dan selama ada orang-orang yang mengikuti keinginan mereka sendiri dan kepentingan pribadi, akan selalu ada konflik dan perang. Tetapi jika perang adalah demi menghentikan agresor, membantu mencapai kebenaran dan keadilan, maka itu adalah suatu kebajikan karena mendorong kebaikan dan kesejahteraan bagi rakyat. Ini adalah sumber kejahatan, kejahatan sosial dan degradasi bagi umat manusia bila digunakan sebagai alat untuk pelaku-salah, korupsi, pelanggaran dan penindasan yang lemah. Islam datang untuk menghadapi kenyataan ini. Allah berfirman dalam Al-Qur'an:
"Dan jika Allah tidak memeriksa satu set orang dengan cara lain, bumi memang akan penuh dengan kerusakan. Tapi Allah Maha Bounty bagi semesta alam. ' (QS. al-Baqarah (2), ayat 251)
All-Perkasa juga mengatakan: Karena kalau bukan bahwa Allah memeriksa satu set orang dengan cara lain, biara-biara, gereja, sinagog dan masjid, dimana nama Allah disebutkan banyak pasti akan ditarik ke bawah. Sesungguhnya Allah akan membantu mereka yang membantu-Nya (penyebab) Sesungguhnya, Allah Maha Kuat lagi Maha perkasa. '. (QS. Al-Hajj (22), ayat 40)
Ini menunjukkan sudut pandang Islam berkaitan dengan perang - yang merupakan kebutuhan sosial atau tindakan dari yang tidak ada jalan keluar pada waktu tertentu Sebuah kejahatan yang Anda harapkan untuk menegakkan yang baik.
Tujuan perang dalam Islam: Meskipun Islam mengakui realitas ini, melarang perang, mengumbar itu, panggilan untuk itu dan dorongan itu, kecuali untuk alasan dibenarkan, seperti:
Perlawanan dari pelanggaran dan pertahanan diri serta mempertahankan keluarga, harta bangsa, dan agama. Dalam hal ini Al-Qur'an memberitahu kita:
"Dan perangilah di jalan Allah mereka yang memerangi kamu, tapi tidak melanggar batas. Sesungguhnya Allah menyukai orang yang melampaui batas tidak. " (QS. al-Baqarah (2), ayat 190)
Ayat pertama yang dibahas dan diizinkan perang adalah:
'Izin untuk melawan diberikan kepada mereka, yang berjuang karena mereka (orang percaya) telah berbuat salah, dan pasti, Allah mampu memberi mereka (orang percaya) kemenangan. Mereka yang telah diusir dari rumah mereka secara tidak adil hanya karena mereka berkata: "Tuhan kami hanyalah Allah" ' (QS. Al-Hajj (22), ayahs 39-40).
Persaudaraan dan Persamaan Manusia
    Di antara buah tauhid yang diserukan Islam adalah: persaudaraan manusia, dan di antara konsekuensinya adalah: persamaan manusia. Persaudaraan ini di bangun berdasarkan atas dua hal:
Pertama, bahwa manusia semuanya dengan tuntutan dakwah tauhid, adalah hamba bagi Allah yang Maha Esa, yang telah mencipkan mereka lalu menyempurkan  penciptaan mereka, sehingga mereka adalah sama dalam kedudukannya, sebagai hamba Allah.
Kedua, Mereka semua adalah anak-anak dari satu ayah (Adam), meskipun berbeda-beda warna kulit, berjauhan tanah air mereka, beragam bahasa mereka dan berpautan kelas sosial-mereka sehingga semua sama dalam kedudukan mereka sebagai anak adam.
Inilah yang disampaikanNabi saw.  Kepada umat Islam dalam haji wada’ ketika beliau berkhutbh di hadapan kumpulan manusia.
“Wahai manusia, sesungguhnya rabb kamu adalah satu, dan sesungguhnya bapak kamu adalah satu, setiap kamu adalah anak Adam, dan Adam itu dari tanah: tidak ada keutamaan bagi orang Arab atas orang ‘Ajam (Non Arab), dan bagi orang kulit putih atas orang kulit hitam kecuali dengan takwa”.
    Alquran telah menetapkan persaudaraan antara para Rasul  dan kaumnya, namun mereka itu mendustakannya, membangkang terhadap risalahnya, hanya karena mereka itu berasal dari kalangan mereka sendiri, bukan orang asing dari mereka, sehingga persaudaraan itu merupakan ukhuwah wathoniyah.
Ada juga ukhuwah basyariyah( persaudaraan umat manusia atau humanisme) antara anak-anak Adam secara universal, yaitu yang disaksikan oleh Rasul dalam Hadis sebelumnya.
•    Perdamaian Dunia

    Di antara yang diserukan Islam pula adalah perdamaian antara ummat manusia, dari pada peperangan dan persengkataan.
    Sangat boleh jadi hal ini mengherankan bagi sebagian orang, karena mereka telah mengetahui bahwa islam adalah agama jihad di jalan Allah, dan bahwasannya jihad di jalan Allah itu merupakan amal perbuatan yang paling utama di sisi Allah, dan bahwasannya seseorang yang berpuasa terus-menerus tidak pernah berbuka dan seseorng yang shalat malam terus-menerus tanpa henti tidak dapat mencapai pahala seorang mujahid di jalan Allah.
    Hal ini memang benar, tetapi jihad dalam islam sesungguhnya hanyalah di  wajibkan demi membela dakwah, jika di musuhi atau pemeluk dakwah disiksa dan di fitnah, demi memerangi orang yang memerangi umat islam, untuk menyelamatkan orang-orang lemah yang tertindas di muka, memberi pelajaran kepada orang-orang yang mengkhianati perjanjian dan orang-orang yang melanggar batas, dan tidaklah jihad di syariatkan untuk permusuhan atau pelanggaran terhadap orang yang berdamai yang tidak berdosa dan tidak menyakiti umat islam serta tidak memerangi atau menampakkan permusuhan mereka terhadap umat Islam. Hal ini adalah jelas di dalam Al-Qur’an:

    “Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi, dan (sehingga) ketaatan semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti( dari memusuhi kaum) maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang dzalim (Al-Baqarah: 193).
    Fitnah di sini berarti penindasan manusia dan penyiksaan mereka karena akidah mereka. Firman Allah taala:

    “Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: Ya Rabb kami, keluarkanlah kami dari negri ini (mekkah) yang dzalim penduduknya dan berilah kami perlindungan dari sisi engkau, dan berilah kami penolong dan sisi Engkau”. (Q.S.An-Nisa’: 90)

    “Mengapakah kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak sumpah (janjinya), padahal mereka telah keras kemauan untuk mengusir Rasul dan merekalah yang pertama kali memelai memerangi kamu?”. (Q.S.At-Taubah: 13).

    “Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (Q.S.Al-Anfal: 61)

    Sejarah dakwah Islam membuktikan bahwa Islam membuktikan bahwa Islam telah berwasiat kepada para pengikutnya untuk bersabar menghadapi penderitaan selama tiga belas tahun di mekkah, Nabi saw. Mengatakan kepada mereka (orang-orang kafir): “untukmulah agamamu dan untukku lah agamaku”.{Q.S.Al-Kafirun: 6}, “ bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu”  {Q.S.Yunus: 41}.
Sedangkan mereka itu mengatakan kepada beliau: “ untuk kami agama kami dan tidak ada untuk kamu agamamu, bagi kami pekerjaan kami, dan tidak ada bagi kamu pekerjaanmu”, dan mereka melampiaskan kekesalan kepada sahabat-sahabat Nabi dengan lecutan siksaan, menyiksa keras terhadap diri, keluarga dan harta mereka, dan terpaksalah Islam setelah itu untuk mengizinkan kepada pemeluknya membela diri mereka:
“ Telah di izinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu. (yaitu, orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: Rabbi kami hanyalah Allah . {Al-Hajj: 39-40}





BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Jenis Dan Pendekatan Penelitian
Berdasarkan bentuk dan tujuan yang ingin dicapai, maka dapat ditegaskan bahwa penelitian ini adalah merupakan penelitian buku dan pustakaan yang bersifat kuantitatif dan berkaitan dengan kehidupan Dunia Islam.
B.    Sumber Data
Yang menjadi sumber data yaitu dari berabagai macam buku- buku tentang Dunia Islam serta berdasarkan realitas kehidupan sekarang ini.
C.    Tehnik Dan Alat Pengumpul Data
Untu menghimpun data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka tehnik yang digunakan ialah:
1.    Observasi Partisipasi, dilakukan untuk melihat kondisi Dunia Islam di sekitar kehidupan sekarang ini.
2.    Dokumen, digunakan untuk mempelajari berbagai informasi tentang Pengertian Perdamaian Dalam Agama Islam.
D.    Tehnik Analisa Data
sebagaimana layaknya penelitian kuantitatif, maka analisi data dalam penelitian ini dilakukan dalam dua tahap yang berbeda. Tahap pertama ketika proses pengumpulan data telah berlangsung dan tahap kedua setalah data terkumpul seluruhnya. Demikian pula, analisis data secara intensif baru dilakukan sesudah berkhirnya pengumpulan data. Proses analisis diawali dengan pengelompokkan seluruh data dan informasi yang diperoleh. Setelah itu baru dilakukan interprestasi untuk mermberi makna terhadap seluruh data tersebut dalam kaitannya dengan Dunia Islam itu sendiri.
E.    Tehnik Keabsahan Data
Sesuai dengan judul, maka tehnik keabsahan data penelitian ini adalah Di Sekitar Lingkungan Tanjung Mulia Hilir Alpaka VIII RT VI dan diambil dari melihat perkembangan Agama Islam di Seluruh Dunia. 


BAB IV
KESIMPULAN

Islam mengandung makna “perdamaian”  dan mensosialisasikan kedamaian. Islam memimpin ke jalan damai, menuntun berhati sabar, semuanya di atas dasar kebenaran dan keadilan. Islam adalah sebuah hukum tanpa kompromi damai dan agama rahmat. Hanya dia yang tahu tentang ajaran-ajarannya, memusuhi sistem, atau cukup sombong untuk tidak menerima bukti yang jelas, akan membantah fakta ini. Kata Islam itu sendiri berasal dari kata damai (yaitu salam). Dan Muslim adalah gambaran terbaik dari mereka yang percaya pada agama ini.
Perang adalah kebutuhan sosial kehidupan Sipil dalam Islam ditujukan untuk perdamaian. Namun demikian, penawaran Islam dengan realitas dan selama ada orang-orang yang mengikuti keinginan mereka sendiri dan kepentingan pribadi, akan selalu ada konflik dan perang. Tetapi jika perang adalah demi menghentikan agresor, membantu mencapai kebenaran dan keadilan, maka itu adalah suatu kebajikan karena mendorong kebaikan dan kesejahteraan bagi rakyat.


DAFTAR PUSTAKA

Alquran Al- Karim
Departemen Agama RI. Alquran dan Terjemahannya. Jakarta: Bumi Restu, 1996.
Ridwan Lubis, M. Agama dalam PerbincanganSosiologi, cetI. Bandung: Citapustaka Media, Perintis, 2010.
Dr. Yusuf Al-Qardhawi, judul : Menuju Pemahaman Islam Yang Kaffah, Jakarta: insan    cemerlang, 2003.
Hermanto Harun, Islam dan Perdamaian May 28, '08 11:48 AM.
Nasution, Harun Prof. Dr. Filsafat Agama, PT. Bulan Bintang, Jakarta,1973.
Hanafi, Hasssan, Judul : Agama Ideologi Dan Pembangunan, terjemahan Indonesia pada
P3M  Jakarta, CV. Guna Aksara, 1991.
Sou’yb, Joesoef, Ilmu Tentang ketuhanan :Perkembangan Theologi Modern, Rimbow.
    Jakarta.1983
………..Agama-agama besar di dunia, Pustaka Al-Husna, Jakarta1983.
Sukarno, Pancasila Dan Perdamaian(sebuah kumpulan pidato), Jakarta: Inti Idayu Press1985.
Husain Haikal, Muhammad, Hidayah Muhammad, Terjemah, Ali Audah, Sejarah Hidup Muhammad, Tintamas, 1984.
Prof,Dr.A.Syafii Maarif, Islam kekuatan doktrin dan kegamangan umat, Pustaka Pelajar Offset, cet,1februari1997.







Jumat, 16 November 2012

Teka-Teki Islami ( Teksi )


TEKA-TEKI ISLAM ( TEKSI ) “ MUHARAM CERIA “
PERLOMBAAN MENYAMBUT TAHUN BARU ISLAM
1 MUHARAM 1434 H
 

 
13.






12.



1.
14.





2.











3.























4.







5.
16.




















6.


























15.

19.


17.








7.













18.




















8.21



20















9.





























10.





11.








                      
Mendatar :
1.    Rukun sholat yang pertama…
2.    Sholat harus menghadap …
3.    Cahaya bahasa Aranya…
4.    Jujur artinya…
5.    Siapakah malaikat yang bertugas menyampaikan wahyu…
6.    Raja Fir’aun hidup di negeri …
7.    Siapakah Nabi  yang memiliki tentara dari golongan manusia,jin,syetan,dan binatang ...
8.    sholat diakhiri dengan …
9.    Kelebihan yang luar biasa yang  berada diluar batas kebiasaan manusia yang diberikan oleh Alloh kepada para Nabi dan Rosul dinamakan…
10.    Gua tempat menerima wahyu pertama nabi Muhammad…
11.    Rukun islam yang ke dua…
Menurun  :
12.    Makanan yang kita makan harus…
13.    Apakah yang dipindahkan oleh nabi Sulaiman dari negeri Saba’ (kerajaan Ratu Bilqis) ke Kerajaannya Nabi  Sulaiman…
14.    Ayah dari Nabi Ismail a.s adalah Nabi…
15.    Nabi yang diperintahkan oleh Alloh untuk membuat kapal atau perahu yang besar adalah Nabi…
16.    Kitab yang diturunkan oleh Alloh kepada Nabi Isa adalah…
17.    Siapakah istri dari  Nabi Adam a.s…
18.    Siapakah yang tidak mau melaksanakan perintah Alloh  ketika Alloh memerintahkan bersujud kepada Nabi   adam a.s…
19.    Rukun islam yang ke 3 ( tiga )…
20.    Sholat tahajjud dikerjakan pada waktu…
21.    Orang-orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah, akan masuk…